BKSDA KALIMANTAN SELATAN
"Terwujudnya kawasan hutan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang aman dan mantap secara legal formal di wilayah Kalimantan Selatan, didukung kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya serta mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat"
Selasa, 18 Maret 2014
Ada Apa Dengan Koordinat 115°49’46” BT 4°46’5” LS & 115°52’44” BT 4°45’5” LS
Oleh : Suriansyah, S.Hut & Erma Widayanti, A.Md
Melihat angka yang tertera di atas mungkin sebagian orang banyak yang belum mengetahuinya apakah maksud dari angka tersebut. Derajat (secara lengkap, derajat busur), biasanya disimbolkan dengan °, adalah ukuran sudut yang dapat dibentuk pada sebuah bidang datar, menggambarkan 1/360 dari sebuah putaran penuh. Artinya, besar 1 derajat adalah satu luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua jari-jari lingkaran dan sebuah busur yang diapit oleh kedua jari-jari lingkaran tersebut (juring) pada lingkaran yang dibagi menjadi 360 buah juring yang besarnya sama. Jika sudut tersebut dinyatakan terhadap sebuah meridian referensi, sudut tersebut menunjukkan sebuah lokasi pada sebuah lingkaran besar.
Semakin meningkatnya perkembangan teknologi, terdapat suatu aplikasi yang mampu membaca maksud angka tersebut dengan cepat untuk dapat diaplikasikan di lapangan dalam menentukan suatu posisi/ tempat. Aplikasi yang dimaksud adalah Arc GIS yaitu paket perangkat lunak yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu ArcView (komponen yang fokus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untuk keperluan analisis geoprosesing).
Dengan menggunakan aplikasi tersebut maka dapatlah terbaca maksud dan tujuan dari angka-angka tersebut, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar hasil pengolahan data menggunakan aplikasi Arc GIS.
Setelah tergambar ternyata angka tersebut menunjukkan sebuah tempat yaitu salah satu Pulau terluar yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Pulau Matasirih dengan koordinat 115°49’46” BT 4°46’5” LS dan Pulau Pemalikan dengan koordinat 115°52’44” BT 4°45’5” LS. Pulau tersebut secara administrasi berada di Kabupaten Kotabaru yang beribu kota Kecamatan di Pulau Marabatuan dengan jarak tempuh ± 48,6 km atau ± 27 mil menuju ibukota Kecamatan dan ± 205,2 km atau ± 110,8 mil laut dari Pulau Laut Ibukota Kabupaten Kotabaru.
Pulau Matasirih merupakan tipe perwakilan ekosistem pantai dan hutan dataran rendah.
Potensi Khusus antara lain : Pasir, Koral, Batu Karang, Batu Gunung, Kayu dan Sumber Air, adapun fauna yang terdapat di Pulau ini adalah Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas), Kijang (Muntiacus muntjak), Kera Ekor panjang (Macaca fascicularis), Babi hutan (Sus sp), Biawak (Varanus Salvador), Raja udang biru (Alcedo caerulescens), Elang Bondol (Haliastur indus) dan lain-lainnya, serta flora yang terdapat di pulau ini adalah Cemara laut (Casuarina equisetifolia), Pandan (Pandanus sp), Aren, (Arenga pinnata), Tancang (Bruguiera, sp), Kelapa (Cocos nucifera) dan lain-lainnya.
Gambar Salah satu perwakilan flora di Pulau Matasirih yaitu Kelapa (Cocus nucifera)
Tipe ekosistem yang ada di Pulau Pemalikan adalah Ekosistem hutan pantai dan hutan dataran rendah. Jenis flora di bagian Barat dan Timur Pulau Pemalikan antara lain: cemara laut (Casuarina equiselifolia), kariwaya (Ficus sp), kelumpang/ kepuh (Sterculia foetida), waru laut (Thespesia pupolnea), mangga (Mangifera sp), kelor (Sesbania sesban), butun (Barringtonia asiatica), binong (Hernandia peltata), ketapang (Terminalia catappa). Jenis flora dibagian Tengah antara lain: pandan (Pandanus tectorius) dan mengkudu (Morinda citrifolia). Jenis flora dasar adalah kangkung laut (ipomoea pescaprae), kirinyuh (Eupathorium odoratum), pakis haji (Cycas rumphii), dan rumput lari-lari (Spinifex littoreus).
Gambar Vegetasi pandan (Pandanus tectorius) di pantai Pulau Pemalikan
Jenis-jenis fauna yang sering ditemukan di Pulau Pemalikan adalah Aves (burung) seperti: elang bondol (Haliastur indus), elang dada putih (Haliaeetus leucogaster), kuntul karang (Egretta sacra), raja udang biru (Halcyon chloris), raja udang paruh bangau (Pelargopsis capensis), burung madu (Nectarinia jugularis), kelayangan (Hirundo tahitica), trinil pantai (Actitis hypoleucos), pergam laut (Ducula bicolor), dan burung madu (Nectarinia jugularis). Jenis fauna yang khas yang dapat ditemukan di Pulau Pemalikan ini adalah penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Kedua jenis penyu ini mendarat untuk bertelur di pantai Pulau Pemalikan.
Ada yang unik di antara ke dua pulau tersebut, yaitu pulau tersebut merupakan tempat persinggahan dari pada hewan langka yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata), sebagaimana kita ketahui bersama hewan jenis penyu tersebut saat ini sudah sangat langka sekali ditemukan yang biasanya hampir semua pulau terluar yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yang berpantai merupakan tempat persinggahan dari hewan tersebut, akan tetapi hanya pulau-pulau tertentu saja yang menjadi tempat persinggahannya, sehingga penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) sudah termasuk satwa yang harus dilindungi (Appendix I CITES) yaitu diantaranya Pulau Matasirih dan Pulau Pemalikan.
Masyarakat Desa Teluk Sungai sangat memperhatikan kelestarian satwa tersebut ini terbukti dari banyaknya sarang-sarang tempat bertelur penyu yang mereka kandang itu sebagai bukti keseriusan mereka dalam menjaga kelestarian penyu tersebut, serta gangguang dari predator lain yang memakan telur penyu tersebut, sehingga upaya tersebut harus didukung oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan dalam upaya pelestarian penyu tersebut.
Gambar upaya pelestarian penyu yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Pulau Pemalikan
Gambar Penyu hijau yang mendarat dan bertelur di Pulau Pemalikan
Masyarakat Desa disekitar pulau tersebut sangat memperhatikan akan kelestarian Sumber Daya Alam yang ada di sekitar Pulau tersebut ini terbukti dengan penjagaan yang terus menerus oleh masyarakat setempat terhadap gangguan gangguan yang datang dari luar seperti pengebom karang, pengebom ikan, pukat dan lain sebagainya yang dapat merusak ekosistem di sekitar pulau tersebut, sehingga setiap ada indikasi terhadap gangguan terhadap pulau tersebut masyarakat di sana (warga Desa Teluk Sungai) langsung mengusir para penjarah Sumber Daya Alam tersebut, dan apabila mereka tidak mampu mereka langsung berkoordinasi dengan Kepolisian setempat dengan menggunakan telepon satelit yang ada di rumah Kepala Desa Teluk Sungai.
Keaslian pulau tersebut mereka jaga dengan sebaik-baiknya ini dapat dibuktikan betapa indahnya pemandangan bawah laut yang bisa dinikmati dengan mata telanjang dari atas perahu.
Gambar karang yang ada di sekitar Pulau Pemalikan
Melihat dari keseriusan masyarakat sekitar pulau yang terus menjaga akan keaslian ekosistem daerah mereka tidak menutup kemungkinan daerah tersebut pada akhirnya menjadi satu-satunya tempat pendaratan dan tempat bertelur penyu yang ada di perairan Provinsi Kalimantan Selatan Khususnya dan Dunia pada Umumnya. Keseriusan tersebut harus didukung oleh semua pihak agar kelestarian akan hewan yang telah mulai langka tersebut meningkat populasinya, agar amanah yang termuat dalam undang-undang dasar 1945 pasal 33 dapat terpenuhi. Yang mana bumi air dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. LESTARILAH SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEMAKMURAN MASYARAKAT.
Senin, 17 Maret 2014
Mari Kita Selamatkan Hutan Mangrove
Mengapa hutan mangrove penting?
Sumber plasma nutfah dan keragaman genetik, Dari 130 jenis spesies mangrove di Asia Pasifik, 101 berada di Indonesia (Umali 1987, Kusmana 2009)
Daerah asuhan (Nursery ground) dan mencari makan (feeding ground) biota laut, daerah pemijahan ikan agar terlindung dari predator. Merupakan wilayah pemasok larva udang, ikan, kepiting dan biota laut lainnya dan menjaga keberlangsungan populasi ikan.
Nutrien penyubur perairan laut, karena kaya nutrien baik organik muapun anorganik, termasuk membantu berlangsungnya siklus karbon, nitrogen dan sulfur.
Mempertahankan wilayah pantai dari abrasi, Tsunami, mengatur muka air laut dan intrusi air laut ke daratan.
Merupakan ekosistem kaya karbon, mencegah pelepasan emisi karbon ke udara, menjaga keseimbangan iklim dan berfungsi dalam bagian strategi mitigasi perubahan iklim.
(sumber : http://www.mongabay.co.id/)
Langganan:
Postingan (Atom)